PERUBAHAN IKLIM MENGANCAM EKSISTENSI KOPI ARABIKA GAYO
[Aceh Tengah, 2 September 2024] Dalam beberapa tahun terakhir perubahan iklim global terus menjadi ancaman dan momok menakutkan bagi sektor pertanian. Tak terkecuali sektor perkebunan terutama pada komoditas kopi Arabika Indonesia yang berada di dataran tinggi gayo. Beberapa indikasi tersebut terlihat nyata dari tingkat curah hujan dan kekeringan. Kondisi ini telah menyebabkan beberapa komoditas terjadi penurunan produksi bahkan gagal panen.
Koordinator Instalasi Pengujian dan Penerapan Standar Instrumen Pertanian (IP2SIP) Gayo Ishar, S.ST membeberkan bahwa selama lima tahun terakhir banyak tanaman kopi arabika terserang penyakit buah kopi (PBKo), padahal penyakit itu sebelumnya jarang terlihat. “Penyakit (PBKo) ini sangat meresahkan petani kopi, padahal kalau kita cermati dari aspek suhu yang terjadi selama ini penyakit itu sulit beradaptasi pada suhu tersebut” sebut Ishar.
Menurut amatan Ishar, kondisi perubahan iklim di dataran tinggi gayo kini telah nyata terjadi. Hal ini ditandai dengan hadirnya ragam hama dan penyakit baru pada tanaman kopi arabika. Tanpa kita sadari ini menimbulkan kerugian besar bagi petani dan eksistensi keberlanjutan kopi arabika gayo ke depan.
Pada kesempatan itu, Kepala BSIP Aceh Firdaus, S.P., M.Si yang hadir bersama Ketua Tim Kerja Program dan Evaluasi Husaini Yusuf, S.P., M.Si pada kegiatan pemetaan lahan kebun kopi menjelaskan beberapa hal terkait munculnya hama dan penyakit baru di dataran tinggi gayo terutama yang menyerang tanaman kopi arabika. Menurutnya, munculnya hama dan penyakit baru tersebut tak terlepas efek dari perubahan iklim global dalam beberapa tahun terakhir.
“Kehadiran hama dan penyakit baru ini harus diwaspadai dengan serius karena ini menyangkut produksi dan pendapatan petani”, kata Firdaus. Ia menambahkan bahwa perubahan iklim dapat memperpanjang periode kelembaban tinggi yang disukai oleh patogen jamur pada serangga disamping juga penyakit yang ditularkan melalui vector” terang Kepala BSIP Aceh. Lebih lanjut Firdaus menerangkan bahwa kondisi ini semua akan berdampak pada produktivitas hasil pertanian akan menurun.
Oleh karenanya semua pihak berharap petani dapat beradaptasi dengan perubahan iklim. Untuk meminimalisir efek negatif dari perubahan iklim tersebut, keberadaan Lembaga Vertikal IP2SIP Gayo merupakan salah satu pihak yang menjadi tempat petani mengadu dan berkonsultasi terutama dalam pelaksanaan standardisasi sistem budidaya kopi arabika terstandar di dataran tinggi gayo sehingga keberlanjutan produksi kopi arabika masih dapat dinikmati penduduk dunia (HY).